Sedapat mungkin jangan bercanda, bahkan ketika hanya dengan keluarga atau orang-orang terdekat. Jikapun harus bercanda, atau memang ingin merintis kesuksesan di panggung stand-up comedy, jauhilah meledek atau membercandai 3 hal ini: sesembahan, budaya, dan kesayangan seseorang.
Sesembahan atau Tuhan atau apapun yang diagungkan oleh seseorang bahkan jikapun secara formal kita adalah penyembahnya sangat tidak elok dijadikan bahan bercanda. Jangan menyebut nama Tuhan, Allahmu, dengan sembarangan. Apalagi Tuhan atau sesembahan orang lain. Jangan. Pokoknya jangan. Mungkin sukar, tapi tetap bisa diupayakan untuk menghindari meledek sesembahan seseorang.
Budaya seseorang bisa jadi memiliki banyak sisi. Yang kadang memang bisa diartikan macam-macam. Budaya menjadi identitas yang melekat sejak lahir, atau sejak menetap di suatu tempat dalam jangka panjang, atau ketika menikahi orang dengan budaya tersebut. Intinya, budaya yang bahkan mungkin kita rasa kita adalah orang asli dalam budaya tersebut tidak selayaknya dijadikan bahan bercandaan karena budaya tersebut adalah identitas bagi banyak orang. Sifatnya sosial. Sulit berlindung dalam alasan bahwa kita juga bagian dari budaya tersebut, apalagi ketika yang dibecandain adalah budaya orang lain.
Kesayangan seseorang bisa berupa barang, gelar, pencapaian, peliharaan, atau seseorang. Apapun yang menurut kita remeh, bisa jadi adalah kesayangan seseorang. Orang tersebut mungkin ikut ketawa ketika jokes itu kau lemparkan, tapi bisa jadi bakal menjadi bibit dendam dan sakit hati yang bisa merugikan kamu di masa depan. Hati-hati ketika tergoda untuk bahkan sekadar mengomentari sesuatu dari seseorang.
Sepertinya dari 3 hal yang tak sepantasnya dijadikan materi stand-up comedy sudah mencakup hampir semua hal di dunia ini. Apa yang tersisa untuk bisa dijadikan sumber tawa? Paling aman adalah diri sendiri. Banyak kekonyolan pada diri sendiri, yang harus eksplisit disampaikan, yang bisa disajikan sebagai materi komedi. Fakta, yang bisa ditambahi unsur drama, tanpa menyinggung orang lain dan 3 hal haram tadi, sudah cukup banyak untuk menjadi awal cerita lucu tanpa harus beropini. Keresahan-keresahan faktual tentu akan bisa berdampak baik ketika disampaikan secara reflektif tanpa niat menjatuhkan harga diri pendengarnya. Menyindir bisa jadi malah tidak tepat sasaran. Puncak komedi adalah ketika kenyataan bisa memancing tawa, dengan lepas, dan benar-benar membuat manusia berbahagia.