Keriorrhoea, yang biasa disebut sebagai “diare berminyak” atau “berak berminyak oranye,” pertama kali dijelaskan oleh Berman et al. pada tahun 1981 (dari bahasa Yunani keras, yang berarti lilin, dan diarrhein, yang berarti mengalir). Secara khusus, keriorrhoea merupakan keluarnya cairan berminyak berwarna oranye atau hijau kecoklatan dari anus setelah mengonsumsi ikan berminyak tertentu atau makanan lain yang tinggi kandungan ester lilin cair (liquid wax esters/LWEs) yang tidak dapat dicerna. Mamalia darat, termasuk manusia, tidak memiliki enzim khusus untuk mencerna ester lilin. Akibatnya, konsumsi LWE dalam jumlah besar menyebabkan pencernaan dan penyerapan yang terbatas, sehingga terjadi penumpukan ester ini di rektum, yang dapat menyebabkan keriorrhoea. Kondisi ini berbeda dari diare biasa karena tidak menyebabkan kehilangan cairan usus yang signifikan. Gejala gastrointestinal yang dapat timbul termasuk mual, muntah, dan kram perut.
Sumber: Barling, P.M. and Foong, Y.H., 2015. Oily fish, liquid wax esters and keriorrhoea–a review. International e-Journal of Science, Medicine and Education, 9(1), pp.21-25.
Bacaan lanjut (laporan kasus, lengkap dengan gambar): Boyce SH. Keriorrhoea: unusual gastrointestinal adverse effect from fish consumption. BMJ Case Reports CP 2020;13:e236424. https://casereports.bmj.com/content/13/6/e236424
Editor: Yoseph L. Samodra (yosephsamodra)