Bagaimana nutrisi memengaruhi pemfigus vulgaris?

Keterlibatan mukosa oral, faringolaringeal, dan esofagus pada pasien pemfigus vulgaris (PV) dapat menyebabkan disfagia dan memperburuk status gizi, meningkatkan risiko malnutrisi dan sarkopenia. Hal ini disebabkan oleh peningkatan katabolisme akibat pengelupasan epidermal, kehilangan protein, respons inflamasi, dan imobilisasi fisik. Malnutrisi juga berdampak negatif pada penyembuhan luka, dengan kadar albumin rendah terkait dengan luaran klinis yang buruk dan peningkatan risiko infeksi.

Faktor nutrisi memainkan peran penting dalam manajemen pemfigus vulgaris, termasuk risiko rekurensi yang dipicu oleh makanan tertentu seperti bawang putih dan makanan panas yang memiliki efek akantolitik. Nutrisi yang memadai, termasuk protein, mikronutrien seperti vitamin A, B kompleks, C, dan seng, sangat penting untuk mendukung penyembuhan luka dan fungsi imun. Terapi nutrisi medis bertujuan untuk mencegah malnutrisi lebih lanjut, mempercepat penyembuhan, dan membantu mencegah kekambuhan penyakit.

Selain itu, penting untuk menyeimbangkan asupan karbohidrat dan lemak, terutama pada pasien yang menjalani terapi steroid jangka panjang, untuk mengelola risiko hiperglikemia dan dislipidemia. Pasien yang mengalami kesulitan makan akibat lesi mukosa dapat memerlukan dukungan nutrisi enteral atau suplementasi oral untuk mencegah penurunan lebih lanjut dalam status gizi dan mendukung proses penyembuhan yang efektif.

Referensi:

1.        Anindhita B, Ratna N, Manikam M. Medical nutrition therapy in hospitalized patients with pemphigus vulgaris. World Nutr J. 2023;7(1):14–22.

2.        Ruocco E, Wolf R, Ruocco V, Brunetti G, Romano F, Lo Schiavo A. Pemphigus: Associations and management guidelines: Facts and controversies. Clin Dermatol. 2013;31(4):382–90.

3.        Fedeles F, Murphy M, Rothe MJ, Grant-Kels JM. Nutrition and bullous skin diseases. Clin Dermatol. 2010;28(6):627–43.

4.        Fang H, Li Q, Wang G. The role of T cells in pemphigus vulgaris and bullous pemphigoid. Autoimmun Rev. 2020;19(11):1–9.