Hubris adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani kuno yang merujuk pada sikap kesombongan atau keangkuhan yang berlebihan, terutama terhadap para dewa atau kekuatan alam. Dalam konteks sastra dan mitologi Yunani, hubris sering dianggap sebagai tindakan atau sikap yang melampaui batas-batas yang wajar, biasanya diikuti oleh kehancuran atau hukuman sebagai konsekuensinya. Hubris sering dianggap sebagai salah satu penyebab utama dari tragedi dalam drama klasik Yunani, di mana karakter utama menderita akibat dari kesombongannya sendiri.
Dalam konteks politik, hubris sering mengacu pada kesombongan atau keyakinan yang berlebihan pada diri sendiri oleh seorang politisi atau pemimpin. Ketika seorang politisi merasa sangat yakin bahwa mereka tidak bisa salah atau bahwa mereka di atas hukum dan norma-norma yang berlaku, mereka bisa melakukan tindakan-tindakan yang tidak bijaksana, tidak etis, atau bahkan melanggar hukum. Ini sering kali disertai dengan pengabaian terhadap saran, kritik, atau tanda-tanda peringatan dari orang lain.
Ketika seorang politisi melakukan hubris, mereka bisa mengambil keputusan yang buruk, terlibat dalam skandal, atau gagal memahami suasana hati publik, yang semuanya bisa menyebabkan penurunan popularitas, hilangnya dukungan politik, dan akhirnya jatuh dari kekuasaan. Contoh sejarah menunjukkan bahwa banyak pemimpin yang melakukan kesalahan fatal karena hubris, seperti memaksakan kebijakan yang tidak populer, terlibat dalam korupsi, atau mengabaikan tuntutan rakyat, yang akhirnya mengarah pada kekalahan dalam pemilihan, pemakzulan, atau bahkan revolusi.
Dalam politik, jatuhnya seorang politisi akibat hubris bisa sangat dramatis, dan sering kali, setelah jatuhnya mereka, hal ini menjadi pelajaran bagi yang lainnya tentang bahaya kesombongan dan pentingnya tetap rendah hati dan peka terhadap realitas politik dan sosial.