Category Archives: Komunikasi

Apa itu fokontany dan hamlet?

Fokontany adalah unit administratif terkecil di Madagaskar, yang biasanya terdiri dari beberapa desa kecil atau dusun. Dusun atau dalam bahasa Inggris disebut hamlet adalah sekelompok rumah atau pemukiman yang sangat kecil, lebih kecil dari sebuah desa, dan umumnya tidak memiliki pemerintahan sendiri. Dusun sering kali menjadi bagian dari komunitas atau desa yang lebih besar, yang dipimpin oleh pemimpin lokal atau perwakilan administratif yang bertanggung jawab pada tingkat yang lebih tinggi.

Dalam konteks Madagaskar, fokontany dapat mencakup beberapa hamlet atau dusun, dan berfungsi sebagai penghubung antara masyarakat lokal dan pemerintahan yang lebih besar. Fokontany bertanggung jawab atas pengelolaan urusan sehari-hari seperti kesehatan, pendidikan, proyek pembangunan, dan ketertiban sosial​.

Dengan kata lain, hamlet adalah pemukiman kecil, sedangkan fokontany adalah satuan administratif yang mengelola beberapa hamlet atau desa dalam wilayahnya.

Apa itu tulisan kronik?

Dalam konteks jenis tulisan, kronik merujuk pada sebuah bentuk tulisan yang merekam peristiwa-peristiwa penting secara berurutan berdasarkan waktu terjadinya. Kronik biasanya ditulis dalam bentuk narasi yang kronologis, menceritakan kejadian-kejadian yang dialami atau disaksikan penulisnya, atau berdasarkan informasi yang dihimpun dari berbagai sumber.

Ciri-ciri kronik dalam tulisan:

  1. Berurutan Waktu: Peristiwa dicatat berdasarkan urutan waktu terjadinya.
  2. Fakta Nyata: Berisi fakta-fakta yang didasarkan pada kejadian yang benar-benar terjadi.
  3. Objektif: Penulis kronik biasanya berusaha untuk menyampaikan peristiwa dengan objektivitas, meskipun terkadang ada interpretasi atau pandangan subjektif.
  4. Terkait Peristiwa Penting: Biasanya mengangkat peristiwa-peristiwa penting, baik dalam konteks sejarah, sosial, atau budaya.

Dalam konteks sejarah, kronik sering digunakan untuk mendokumentasikan sejarah bangsa, kerajaan, atau peristiwa besar lainnya. Contoh dari kronik yang terkenal adalah Kronik Sejarah Tiongkok atau Kronik Majapahit dalam sejarah Nusantara.

Kronik juga bisa digunakan untuk tulisan pribadi, meskipun dalam bentuk yang lebih sederhana dan informal dibandingkan dengan kronik sejarah. Dalam konteks tulisan pribadi, kronik dapat berupa catatan harian atau jurnal yang mencatat peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan seseorang secara berurutan berdasarkan waktu.

Contoh penggunaan kronik dalam tulisan pribadi:

  1. Jurnal Harian: Mencatat kegiatan atau peristiwa yang dialami setiap hari.
  2. Memoar: Mengisahkan kembali peristiwa-peristiwa penting dalam hidup seseorang dalam urutan waktu.
  3. Perjalanan: Menceritakan pengalaman perjalanan atau liburan, dari hari pertama hingga akhir.
  4. Pengalaman Pribadi: Bisa digunakan untuk mencatat momen-momen berkesan, seperti masa-masa menjalani pendidikan, membangun karier, atau pengalaman keluarga.

Tulisan pribadi dalam bentuk kronik bisa menjadi cara yang baik untuk merekam perjalanan hidup, refleksi, atau momen penting yang ingin diingat di masa depan.

Memberikan opini pribadi atau elemen subjektif dalam tulisan kronik bisa dilakukan tanpa melanggar pakem kronik, asalkan Anda berhati-hati dalam menjaga keseimbangan antara fakta objektif dan interpretasi pribadi. Berikut beberapa cara untuk melakukannya:

1. Pisahkan Fakta dari Opini

Pastikan peristiwa-peristiwa yang Anda tuliskan berdasarkan urutan kronologis tetap dipresentasikan secara objektif. Setelah menyampaikan fakta, Anda dapat menambahkan opini atau refleksi pribadi terkait peristiwa tersebut. Cara ini memungkinkan pembaca memahami perbedaan antara fakta dan opini.

Contoh:

  • Fakta: “Pada 20 Maret 2024, saya menghadiri konferensi kesehatan masyarakat di Jakarta.”
  • Opini: “Menurut saya, sesi diskusi tentang kesehatan mental sangat inspiratif, karena menyentuh isu yang jarang dibahas dalam konteks kebijakan publik di Indonesia.”

2. Gunakan Sudut Pandang Pribadi dengan Penanda

Gunakan ungkapan seperti “Menurut saya,” “Saya merasa,” atau “Bagi saya” untuk menandai bahwa apa yang Anda tuliskan adalah opini atau interpretasi pribadi. Ini memberikan penegasan bahwa bagian tersebut adalah subjektif, sementara fakta tetap disampaikan dengan jelas.

Contoh:

  • “Menurut saya, momen itu adalah puncak dari perjalanan panjang karier saya.”
  • “Saya merasa suasana di hari itu sangat mendukung kesuksesan acara.”

3. Refleksi Pribadi Setelah Menyampaikan Fakta

Anda bisa menyertakan refleksi atau evaluasi pribadi setelah menyampaikan fakta. Ini memberikan ruang bagi subjektivitas tanpa merusak alur kronologis.

Contoh:

  • Fakta: “Kami tiba di Yogyakarta pada pagi hari.”
  • Refleksi: “Bagi saya, kota ini selalu memberi rasa nostalgia, mengingat masa-masa kuliah dulu.”

4. Gunakan Narasi Emosional Tanpa Mengabaikan Fakta

Menggunakan narasi emosional atau mengungkapkan perasaan dapat memperkaya kronik, selama tidak mengubah atau memanipulasi fakta. Anda bisa menceritakan bagaimana sebuah peristiwa memengaruhi Anda secara emosional atau mental.

Contoh:

  • “Saat gempa terjadi, semua orang panik. Saya sendiri merasa cemas, terutama memikirkan keluarga di rumah.”

5. Jangan Abaikan Fakta Utama

Meskipun Anda memberikan opini atau perasaan pribadi, tetaplah berpegang pada fakta utama. Jangan membiarkan opini atau pandangan subjektif mengaburkan urutan atau detail dari peristiwa yang sebenarnya terjadi.

Dengan pendekatan ini, Anda tetap bisa memberikan sentuhan pribadi dalam kronik tanpa meninggalkan pakem utamanya yaitu penceritaan peristiwa berdasarkan urutan waktu yang objektif.

Apa hal yang dilarang dijadikan materi stand up comedy?

Sedapat mungkin jangan bercanda, bahkan ketika hanya dengan keluarga atau orang-orang terdekat. Jikapun harus bercanda, atau memang ingin merintis kesuksesan di panggung stand-up comedy, jauhilah meledek atau membercandai 3 hal ini: sesembahan, budaya, dan kesayangan seseorang.

Sesembahan atau Tuhan atau apapun yang diagungkan oleh seseorang bahkan jikapun secara formal kita adalah penyembahnya sangat tidak elok dijadikan bahan bercanda. Jangan menyebut nama Tuhan, Allahmu, dengan sembarangan. Apalagi Tuhan atau sesembahan orang lain. Jangan. Pokoknya jangan. Mungkin sukar, tapi tetap bisa diupayakan untuk menghindari meledek sesembahan seseorang.

Budaya seseorang bisa jadi memiliki banyak sisi. Yang kadang memang bisa diartikan macam-macam. Budaya menjadi identitas yang melekat sejak lahir, atau sejak menetap di suatu tempat dalam jangka panjang, atau ketika menikahi orang dengan budaya tersebut. Intinya, budaya yang bahkan mungkin kita rasa kita adalah orang asli dalam budaya tersebut tidak selayaknya dijadikan bahan bercandaan karena budaya tersebut adalah identitas bagi banyak orang. Sifatnya sosial. Sulit berlindung dalam alasan bahwa kita juga bagian dari budaya tersebut, apalagi ketika yang dibecandain adalah budaya orang lain.

Kesayangan seseorang bisa berupa barang, gelar, pencapaian, peliharaan, atau seseorang. Apapun yang menurut kita remeh, bisa jadi adalah kesayangan seseorang. Orang tersebut mungkin ikut ketawa ketika jokes itu kau lemparkan, tapi bisa jadi bakal menjadi bibit dendam dan sakit hati yang bisa merugikan kamu di masa depan. Hati-hati ketika tergoda untuk bahkan sekadar mengomentari sesuatu dari seseorang.

Sepertinya dari 3 hal yang tak sepantasnya dijadikan materi stand-up comedy sudah mencakup hampir semua hal di dunia ini. Apa yang tersisa untuk bisa dijadikan sumber tawa? Paling aman adalah diri sendiri. Banyak kekonyolan pada diri sendiri, yang harus eksplisit disampaikan, yang bisa disajikan sebagai materi komedi. Fakta, yang bisa ditambahi unsur drama, tanpa menyinggung orang lain dan 3 hal haram tadi, sudah cukup banyak untuk menjadi awal cerita lucu tanpa harus beropini. Keresahan-keresahan faktual tentu akan bisa berdampak baik ketika disampaikan secara reflektif tanpa niat menjatuhkan harga diri pendengarnya. Menyindir bisa jadi malah tidak tepat sasaran. Puncak komedi adalah ketika kenyataan bisa memancing tawa, dengan lepas, dan benar-benar membuat manusia berbahagia.

Apa perbedaan penggunaan “didominasi” dan “mayoritas” pada hasil penelitian?

Dalam konteks memaparkan hasil penelitian secara univariat, berikut adalah perbedaan antara “didominasi” dan “mayoritas”:

  1. Didominasi:
    • Kata didominasi menunjukkan bahwa satu kelompok atau kategori lebih mendominasi dibandingkan yang lain dalam hal proporsi atau pengaruh yang besar, tanpa harus mencakup lebih dari setengah total populasi.
    • Ini menyiratkan suatu tingkat kontrol atau penguasaan oleh kelompok tersebut.
    • Contoh: Populasi penelitian ini didominasi oleh lulusan SMP bisa berarti sebagian besar lulusan SMP, tetapi tidak harus lebih dari 50%.
  2. Mayoritas:
    • Mayoritas secara spesifik berarti bahwa lebih dari setengah dari total populasi atau sampel termasuk dalam satu kelompok atau kategori.
    • Istilah ini lebih tegas dalam menyatakan bahwa lebih dari 50% dari total jumlah berada di kategori tertentu.
    • Contoh: Mayoritas responden adalah perempuan berarti lebih dari 50% responden adalah perempuan.

Penggunaan dalam Penelitian Univariat:

  • Didominasi lebih cocok digunakan ketika suatu kelompok lebih besar atau lebih menonjol dibandingkan yang lain, tetapi tidak selalu mencapai proporsi mayoritas (lebih dari 50%).
  • Mayoritas lebih tepat digunakan ketika data menunjukkan lebih dari setengah dari populasi termasuk dalam satu kategori, memberikan kepastian bahwa lebih dari 50% dari total sampel adalah bagian dari kelompok tersebut.

Contoh:

  • “Sampel penelitian didominasi oleh responden usia 30-40 tahun” dapat berarti kelompok usia ini menonjol dibandingkan kelompok usia lainnya.
  • “Mayoritas responden berusia antara 30-40 tahun” berarti lebih dari 50% responden berusia di rentang tersebut.

Pemilihan istilah ini tergantung pada seberapa besar proporsi yang ingin ditekankan dalam analisis univariat.

Apa perbedaan penggunaan in, on, dan at?

Berikut adalah perbedaan penggunaan in, on, dan at dalam bahasa Inggris, terutama terkait waktu dan tempat:

1. In:

  • Waktu: Digunakan untuk periode waktu yang lebih luas atau umum (tahun, bulan, musim, abad).
    • Contoh: in 2020 (pada tahun 2020), in December (pada bulan Desember), in the morning (di pagi hari).
  • Tempat: Menunjukkan sesuatu di dalam ruang yang lebih besar, seperti kota, negara, atau bangunan.
    • Contoh: in the room (di dalam ruangan), in New York (di New York), in a box (di dalam kotak).

2. On:

  • Waktu: Digunakan untuk hari tertentu atau tanggal spesifik.
    • Contoh: on Monday (pada hari Senin), on my birthday (pada hari ulang tahun saya), on January 1st (pada tanggal 1 Januari).
  • Tempat: Menunjukkan sesuatu yang berada di permukaan atau di suatu posisi yang terletak di atas sesuatu.
    • Contoh: on the table (di atas meja), on the wall (di dinding), on the floor (di lantai).

3. At:

  • Waktu: Digunakan untuk waktu yang spesifik.
    • Contoh: at 7 PM (pada pukul 7 malam), at midnight (pada tengah malam).
  • Tempat: Menunjukkan lokasi yang lebih spesifik atau tepat, seperti alamat, titik lokasi, atau tempat tertentu.
    • Contoh: at the door (di depan pintu), at school (di sekolah), at 123 Main Street (di Jalan Main nomor 123).

Ringkasan:

At: untuk waktu atau tempat yang spesifik (pukul 7, sekolah).

In: untuk waktu atau tempat yang umum/besar (tahun, kota).

On: untuk hari, tanggal, atau permukaan (Senin, meja).

Apa perbedaan dari ‘other’, ‘another’, dan ‘an other’?

Berikut adalah perbedaan antara ‘other’, ‘another’, dan ‘an other’:

  1. Other:
    • Digunakan untuk merujuk pada sesuatu yang berbeda dari yang telah disebutkan sebelumnya, baik dalam bentuk tunggal maupun jamak.
    • Contoh: I want the other book (Saya ingin buku yang lain).
    • Other juga digunakan bersama kata benda jamak.
    • Contoh: Other people might disagree (Orang lain mungkin tidak setuju).
  2. Another:
    • Gabungan dari an (artikel tak tentu) dan other. Ini digunakan sebelum kata benda tunggal untuk menyatakan satu hal lagi yang berbeda atau tambahan.
    • Contoh: Can I have another cup of coffee? (Bisakah saya mendapatkan secangkir kopi lagi?).
    • Biasanya menunjukkan tambahan dari sesuatu yang sudah ada atau sesuatu yang lain dalam jumlah tunggal.
  3. An other:
    • An other adalah penggunaan terpisah yang sangat jarang ditemukan dan digunakan ketika ingin menekankan bahwa “other” adalah satu unit dari sesuatu yang berbeda.
    • Ini lebih sering digunakan dalam konteks yang sangat formal atau sastra.
    • Contoh: An other way to solve this problem (Cara lain untuk menyelesaikan masalah ini).

Secara umum, penggunaan ‘another’ dan ‘other’ jauh lebih umum dalam percakapan sehari-hari. ‘An other’ biasanya muncul hanya dalam konteks yang sangat spesifik.

Apa kepanjangan dari TABG?

Dalam konteks pengadaan barang dan jasa di Indonesia, “TABG” adalah singkatan dari “Tata Aturan dan Batasan Ganda.” Ini merujuk pada pedoman atau aturan ganda yang mengatur proses pengadaan barang dan jasa, khususnya terkait dengan transparansi, akuntabilitas, dan pengawasan dalam pelaksanaan proyek. TABG digunakan untuk memastikan bahwa semua proses pengadaan mengikuti aturan yang berlaku dan menghindari konflik kepentingan atau penyalahgunaan wewenang. Penerapan TABG membantu dalam meminimalkan risiko korupsi dan meningkatkan efisiensi pengelolaan proyek.