Body Surface Area (BSA) atau luas permukaan tubuh adalah ukuran yang digunakan dalam berbagai pengaturan medis untuk menilai dosis obat, fungsi ginjal, atau kondisi tubuh lainnya. Ada beberapa rumus yang dapat digunakan untuk menghitung BSA, namun rumus yang paling umum adalah Rumus Mosteller karena kesederhanaannya.
Langkah-langkah Menghitung BSA:
Siapkan Data:
Tinggi badan dalam sentimeter (cm).
Berat badan dalam kilogram (kg).
Masukkan ke dalam Rumus Mosteller:
Kalikan tinggi badan (cm) dengan berat badan (kg).
Bagi hasilnya dengan 3600.
Ambil akar kuadrat dari hasil tersebut.
Contoh Perhitungan:
Jika seseorang memiliki tinggi 170 cm dan berat badan 65 kg, maka BSA-nya dihitung dengan langkah-langkah berikut:
Kalikan 170 dengan 65 untuk mendapatkan 11.050.
Bagilah 11.050 dengan 3600 untuk mendapatkan sekitar 3,07.
Ambil akar kuadrat dari 3,07, yang memberikan hasil sekitar 1,75 m².
Jadi, BSA orang tersebut sekitar 1.75 m².
Penggunaan BSA:
Dosis Obat: Digunakan untuk menghitung dosis obat-obatan tertentu, terutama dalam kemoterapi.
Evaluasi Fungsi Ginjal: Dipakai untuk memperkirakan laju filtrasi glomerulus (GFR).
Indikator Kesehatan: Memberikan gambaran tentang luas permukaan tubuh yang digunakan dalam berbagai pengukuran kesehatan lainnya.
Secara umum, dalam program Sarjana (S1) Teknik Kimia, mahasiswa akan mempelajari berbagai mata kuliah yang mencakup aspek-aspek ilmiah, teknis, dan aplikatif dari teknik kimia. Berikut adalah beberapa bidang utama yang biasanya dipelajari:
Mata Kuliah yang Dipelajari:
Dasar-dasar Ilmiah:
Kimia Dasar, Kimia Organik, Kimia Fisik
Fisika Dasar
Matematika (Kalkulus, Aljabar Linier, Statistik)
Teknik Kimia Fundamental:
Pengantar Teknik Kimia
Termodinamika
Mekanika Fluida
Perpindahan Kalor
Perpindahan Massa
Kinetika dan Teknik Reaksi Kimia
Proses dan Operasi Unit:
Proses Mekanik (Distilasi, Ekstraksi, Absorpsi, dll.)
Teknologi Proses Kimia
Perancangan Proses
Pengendalian Proses
Keselamatan dan Higiene Industri
Aplikasi Teknologi dan Industri:
Rekayasa Lingkungan
Teknologi Pangan
Teknologi Polimer
Pengolahan Minyak dan Gas
Manajemen Energi dan Sumber Daya
Praktikum dan Proyek:
Praktikum Laboratorium
Proyek Akhir atau Tugas Akhir yang melibatkan penelitian atau desain proses
Keterampilan Tambahan:
Manajemen Proyek
Etika Profesional
Komunikasi Teknik dan Laporan
Target Profil Lulusan:
Lulusan S1 Teknik Kimia diharapkan memiliki:
Kemampuan Teknis: Mampu merancang, mengoperasikan, dan mengoptimalkan proses industri kimia dengan pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip kimia dan teknik.
Pemecahan Masalah: Keterampilan analitis dalam mengidentifikasi masalah dan menemukan solusi yang efisien dan berkelanjutan.
Inovasi dan Penelitian: Mampu terlibat dalam penelitian dasar atau aplikatif untuk mengembangkan teknologi baru atau meningkatkan proses yang sudah ada.
Keselamatan dan Lingkungan: Memahami dan menerapkan prinsip-prinsip keselamatan kerja dan pengelolaan lingkungan untuk menjamin operasi industri yang aman dan ramah lingkungan.
Manajemen dan Komunikasi: Keterampilan dalam manajemen proyek, kepemimpinan tim, dan komunikasi teknis, baik secara lisan maupun tertulis.
Etika Profesional: Menerapkan etika profesional dalam semua aspek pekerjaan, termasuk integritas dalam praktik teknik dan tanggung jawab sosial.
Fleksibilitas dan Adaptasi: Mampu beradaptasi dengan perubahan teknologi dan industri, serta memiliki kemampuan untuk belajar dan menerapkan ilmu baru.
Profil ini menunjukkan bahwa lulusan Teknik Kimia tidak hanya dibutuhkan di industri kimia tapi juga di berbagai sektor seperti farmasi, energi, makanan dan minuman, lingkungan, dan banyak lagi, baik di perusahaan besar maupun start-up inovatif.
Untuk individu yang menyukai dunia kesehatan dan memiliki latar belakang Teknik Kimia, ada beberapa spesialisasi di jenjang master yang bisa sangat relevan dan menarik. Berikut adalah beberapa pilihan:
Spesialisasi di Master:
Biomedical Engineering (Teknik Biomedis):
Biomaterials: Mengembangkan material untuk aplikasi medis seperti implant atau alat bantu jaringan.
Tissue Engineering: Fokus pada regenerasi jaringan atau organ dengan teknik kimia.
Biomedical Devices: Desain dan pengembangan perangkat medis seperti sensor atau sistem penyampaian obat.
Chemical and Biochemical Engineering (Teknik Kimia dan Biokimia):
Pharmaceutical Engineering: Mengoptimalkan proses produksi obat, termasuk pemurnian, formulasi, dan pengemasan.
Bioprocess Engineering: Mengelola proses biologis untuk produksi obat atau bahan biologis lainnya.
Biotechnology (Bioteknologi):
Biopharmaceuticals: Penelitian dan pengembangan obat berbasis biologi seperti vaksin atau terapi gen.
Industrial Biotechnology: Menggunakan proses biologis untuk produksi bahan kimia atau bahan bakar biologis yang relevan dengan kesehatan.
Regenerative Medicine (Kedokteran Regeneratif):
Stem Cell Research: Penelitian mengenai sel punca untuk pengobatan atau regenerasi jaringan.
Drug Delivery Systems: Pengembangan sistem penyampaian obat yang lebih efektif dan aman.
Environmental Health Engineering (Teknik Kesehatan Lingkungan):
Water Treatment and Hygiene: Mengembangkan teknologi untuk membersihkan air dan memastikan sanitasi yang baik untuk kesehatan masyarakat.
Air Pollution Control: Mengurangi dampak polusi udara terhadap kesehatan.
Nanotechnology for Health (Nanoteknologi untuk Kesehatan):
Nanomedicine: Aplikasi nanobahan dalam diagnosis dan terapi penyakit.
Program Studi:
Master of Science (M.Sc) in Biomedical Engineering
M.Sc in Chemical Engineering with a focus on Biopharmaceuticals
M.Sc in Biotechnology
Master of Engineering (M.Eng) in Pharmaceutical Engineering
M.Sc in Regenerative Medicine
Universitas yang Menawarkan Program Ini:
Di Indonesia, seperti Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung (ITB), atau Universitas Gadjah Mada (UGM).
Di luar negeri, banyak universitas terkenal seperti MIT, University of California, Stanford, atau ETH Zurich yang menawarkan program terkait.
Pilihan spesialisasi ini akan memberikan Anda pengetahuan dan keterampilan yang sangat relevan di dunia kesehatan, menghubungkan dasar ilmu kimia dengan aplikasi praktis dalam biomedis dan bioteknologi. Pastikan untuk mencari program yang benar-benar sesuai dengan minat dan tujuan karier Anda.
Alex Verstak dan Anurag Acharya mengembangkan Google Scholar (Google Cendekia) pada tahun 2004 dalam waktu 9 bulan. Saat itu kecepatan unduh file masih pelan, sehingga penerbit jurnal menyiapkan artikel mereka dalam hard drive fisik dan tim Google Scholar mengambilnya untuk dibawa ke kantor mereka. Mereka menamai solusi sederhana itu sebagai “Sneakernet”.
Pengguna Google Scholar dapat membuat perpustakaan digitalnya sendiri, bisa mencakup artikel jurnal ilmiah, buku, naskah konferensi, skripsi, tesis, disertasi, preprint, abstrak, laporan teknis, laporan penelitian, case law, dan literatur ilmiah lainnya. Koleksi naskah yang dikurasi dapat dikelompokkan dalam folder yang dapat diakses dari mana saja selama ada koneksi internet.
(Penyadur: Yoseph L. Samodra)
Sumber: blog.google/outreach-initiatives/education/google-scholar-20-years/ (diakses 20 November 2024)
Definisi kemiskinan struktural menurut bertakon.com yang disusun berdasarkan sumber terlampir:
Kemiskinan struktural adalah kondisi kemiskinan yang disebabkan oleh ketimpangan dalam struktur sosial, budaya, dan politik yang menghambat akses masyarakat terhadap sumber daya dan peluang, sehingga menyulitkan mereka untuk keluar dari kemiskinan karena sistem yang ada tidak mendukung pemberdayaan dan membuat kemiskinan semakin mengakar dan sulit diatasi.
Kemiskinan struktural terjadi akibat rendahnya akses sebagian masyarakat terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya dan sosial politik sehingga tidak mendukung pembebasan kemiskinan dan sebaliknya menyebabkan tumbuh suburnya kemiskinan.[1]
Kemiskinan struktural sendiri diartikan sebagai kondisi kemiskinan yang lahir akibat dari struktur sosial yang kacau yang mengakibatkan masyarakat termarjinalisasi dan sulit memperoleh akses terhadap berbagai peluang (Purwandari, 2013). Hal ini senada dengan apa yang dituturkan oleh Selo Soemardjan (1980), kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang dialami oleh suatu golongan masyarakat akibat struktur sosial yang mengakibatkan masyarakat tersebut tidak bisa ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka.[2]
Sumber:
Viktorahadi, B., Haq, M.Z. and Huriani, Y., 2021. Cara Pandang Gereja terhadap Kemiskinan dan Pembangunan. Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama, 4(2), pp.155-166.
Fadillah, A., Timur, F.G.C. and Afifuddin, M., 2024. Reinterpretasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Konteks Neo-Nasionalisme: Memahami Kemiskinan Struktural sebagai Katalisator Paham Terorisme. Jurnal Kewarganegaraan, 8(1), pp.388-400.