Tag Archives: nutrisi

Apakah Perbedaan Klasifikasi BMI WHO dan Asia-Pasifik?

Indeks massa tubuh (IMT) atau BMI (body mass index) dihitung dengan rumus berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m²). Kategori BMI ini dibagi menjadi empat kelompok dengan titik batas yang berbeda menurut klasifikasi Asia-Pasifik dan WHO.

BMI Klasifikasi Asia-Pasifik

  • Underweight: < 18,5 kg/m²
  • Normal weight: 18,5–22,9 kg/m²
  • Overweight: 23–24,9 kg/m²
  • Obese: ≥ 25 kg/m²

Klasifikasi ini digunakan khusus untuk populasi Asia-Pasifik, yang cenderung memiliki risiko kesehatan terkait obesitas, seperti diabetes dan hipertensi, pada BMI yang lebih rendah dibandingkan dengan populasi global lainnya. Oleh karena itu, titik batas diturunkan agar risiko kesehatan dapat terdeteksi lebih dini pada masyarakat Asia.

BMI Klasifikasi WHO (Umum)

  • Underweight: < 18,5 kg/m²
  • Normal weight: 18,5–24,9 kg/m²
  • Overweight: 25–29,9 kg/m²
  • Obese: ≥ 30 kg/m²

Klasifikasi WHO ini berlaku secara global untuk berbagai populasi. Namun, penelitian menunjukkan bahwa risiko penyakit akibat obesitas pada orang Asia bisa muncul pada nilai BMI yang lebih rendah, sehingga klasifikasi Asia-Pasifik mengadaptasi batasannya sendiri.

Perbandingan kedua klasifikasi ini menunjukkan bahwa populasi Asia dikategorikan sebagai overweight atau obesitas pada nilai BMI yang lebih rendah dibandingkan dengan klasifikasi WHO.

Sumber: Lim, J.U., Lee, J.H., Kim, J.S., Hwang, Y.I., Kim, T.H., Lim, S.Y., Yoo, K.H., Jung, K.S., Kim, Y.K. and Rhee, C.K., 2017. Comparison of World Health Organization and Asia-Pacific body mass index classifications in COPD patients. International journal of chronic obstructive pulmonary disease, pp.2465-2475.

Apa itu clean eating?

Clean eating adalah pola makan yang berfokus pada konsumsi makanan yang alami dan minim pemrosesan, tanpa tambahan bahan kimia atau zat aditif buatan. Tujuannya adalah untuk memilih makanan yang lebih sehat dan segar serta menghindari makanan olahan atau yang mengandung gula tambahan, pengawet, dan bahan kimia lainnya.

Berikut adalah prinsip utama dari clean eating:

  1. Makanan segar dan alami: Memilih buah, sayuran, biji-bijian, dan protein tanpa bahan pengawet atau tambahan.
  2. Menghindari makanan olahan: Mengurangi konsumsi makanan dalam kemasan atau yang telah diproses berlebihan.
  3. Mengonsumsi makanan utuh: Memilih makanan dalam bentuk aslinya atau yang mendekati bentuk aslinya, seperti biji-bijian utuh, daging tanpa pemrosesan, dan sayuran segar.
  4. Minimalkan gula tambahan: Mengurangi konsumsi makanan yang tinggi gula tambahan, seperti minuman manis atau camilan olahan.
  5. Fokus pada nutrisi: Memastikan bahwa makanan yang dikonsumsi kaya akan nutrisi yang bermanfaat bagi kesehatan.

Clean eating juga sering dikaitkan dengan gaya hidup yang lebih sadar akan kualitas makanan dan kesehatan secara keseluruhan.

Bagaimana nutrisi memengaruhi pemfigus vulgaris?

Keterlibatan mukosa oral, faringolaringeal, dan esofagus pada pasien pemfigus vulgaris (PV) dapat menyebabkan disfagia dan memperburuk status gizi, meningkatkan risiko malnutrisi dan sarkopenia. Hal ini disebabkan oleh peningkatan katabolisme akibat pengelupasan epidermal, kehilangan protein, respons inflamasi, dan imobilisasi fisik. Malnutrisi juga berdampak negatif pada penyembuhan luka, dengan kadar albumin rendah terkait dengan luaran klinis yang buruk dan peningkatan risiko infeksi.

Faktor nutrisi memainkan peran penting dalam manajemen pemfigus vulgaris, termasuk risiko rekurensi yang dipicu oleh makanan tertentu seperti bawang putih dan makanan panas yang memiliki efek akantolitik. Nutrisi yang memadai, termasuk protein, mikronutrien seperti vitamin A, B kompleks, C, dan seng, sangat penting untuk mendukung penyembuhan luka dan fungsi imun. Terapi nutrisi medis bertujuan untuk mencegah malnutrisi lebih lanjut, mempercepat penyembuhan, dan membantu mencegah kekambuhan penyakit.

Selain itu, penting untuk menyeimbangkan asupan karbohidrat dan lemak, terutama pada pasien yang menjalani terapi steroid jangka panjang, untuk mengelola risiko hiperglikemia dan dislipidemia. Pasien yang mengalami kesulitan makan akibat lesi mukosa dapat memerlukan dukungan nutrisi enteral atau suplementasi oral untuk mencegah penurunan lebih lanjut dalam status gizi dan mendukung proses penyembuhan yang efektif.

Referensi:

1.        Anindhita B, Ratna N, Manikam M. Medical nutrition therapy in hospitalized patients with pemphigus vulgaris. World Nutr J. 2023;7(1):14–22.

2.        Ruocco E, Wolf R, Ruocco V, Brunetti G, Romano F, Lo Schiavo A. Pemphigus: Associations and management guidelines: Facts and controversies. Clin Dermatol. 2013;31(4):382–90.

3.        Fedeles F, Murphy M, Rothe MJ, Grant-Kels JM. Nutrition and bullous skin diseases. Clin Dermatol. 2010;28(6):627–43.

4.        Fang H, Li Q, Wang G. The role of T cells in pemphigus vulgaris and bullous pemphigoid. Autoimmun Rev. 2020;19(11):1–9.